Alasan Kursi Trotoar Di Kota Bandung Berbeda

Jalan Asia Afrika (Humas Pemkot Bandung)
Jalan Asia Afrika (Humas Pemkot Bandung)

Halobdg.com – Mungkin banyak yang bertanya kenapa trotoar di Kota Bandung banyak yang berbeda dibandingkan kota lainnya.

Trotoar di Kota Bandung bahkan memiliki fasilitas seperti kursi, meja, dan lainnya yang bisa memanjakan pejalan kaki.

Namun tidak sedikit oknum tidak bertanggung jawab yang melakukan aksi tidak terpuji dengan tindakan vandalisme atau mencoret fasilitas umum bahkan ada yang tega mencurinya.

Baca juga : Budi Daya Lebah di Rumah Bisa Loh

Untuk mengantisipasi hal ini kembali terjadi, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah mengambil beberapa langkah dengan memilih bahan berbeda dibandingkan yang seharusnya.

Subkoordinator Perencanaan Drainase dan Trotoar Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, Melky Koswara menyebutkan, pemilihan bahan untuk kursi sebenarnya dilakukan guna mengurangi kerusakan pada fasilitas publik.

“Fasilitas kursi yang kita sediakan itu ada jenis klasik, bahannya beberapa sudah kami ganti dari kayu ke komposit, seperti di Braga dan Asia Afrika. Kalau secara bentuk mirip, tapi dari bahan jauh lebih kuat terhadap cuaca,” jelas Melky.

Selain itu, bahan lain yang digunakan berupa besi seperti set kursi yang berada di Jalan Dago. Atau bahan batu seperti di Jalan Riau.

Meski pemilihan bahan telah dilakukan untuk mengurangi kerusakan akibat cuaca, tapi Melky mengatakan, jika beberapa kerusakan juga terjadi karena tangan jahil dari oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja di Jalan Dago, ada beberapa kursi besi yang hilang.

“Penyebab kerusakan itu pertama dari cuaca. Kedua, tidak memungkiri juga dari aksi vandalisme. Bukan hanya rusakan lagi, tapi malah ada yang hilang seperti di Dago,” ungkapnya.

“Ada baut yang longgar dan kursi reyot itu sudah kita ganti. Kebanyakan hanya rusak tampilan seperti lapisan catnya sudah terkelupas. Mungkin sektar 10 persennya yang rusak dan sudah harus ada penggantian,” lanjut Melky.

Pun dengan material batu. Melky menuturkan, pada mulanya mereka menilai jika material batu akan lebih awet dan tidak mudah untuk diambil.

Namun, ternyata kursi publik dari batu ini pun menjadi incaran para pemain skateboard untuk dijadikan jalur rintangan saat bermain. Padahal, material ini dipilih agar bisa awet tahan lama digunakan oleh masyarakat yang ingin menikmati suasana di ruang terbuka.

“Kursi-kursi batu juga banyak digeser. Mungkin jadi daya tarik tersendiri untuk para pemain skateboard,” ucapnya.

Selain itu, menurut Melky, cara lain untuk menyiasati agar fasilitas publik tetap terjaga adalah dengan membuat mural bertema. Sehingga, tidak ada ruang kosong yang tersedia untuk para pelaku vandalisme mencoret-coret fasilitas publik.

Baca juga : Panduan Lengkap Ibadah Kurban Ditengah Wabah PMK, Anjuran MUI

“Kita juga sempat di Jalan Sudirman ada program bikin mural di kursi bersama Pak John Martono. Jadi, daripada dicoret-coret tidak jelas sama orang, mending kita duluan yang coret-coret dengan mural yang bagus,” ujarnya

Untuk pemeliharaannya sendiri, DSDABM bekerja sama dengan Unit Pengelola Teknis (UPT) yang tersebar di enam wilayah se-Kota Bandung. Masing-masing UPT melakukan perbaikan fasilitas publik yang ada di wilayahnya.

“Paling banyak sekarang di Cibeunying karena cenderung lebih kota dan banyak fasilitas kursinya. Tiap hari mereka mengecek, tapi memang di lapangan ada kucing-kucingan. Kita mengawasi sampai pukul 16.00 WIB. Setelah itu kadang kala terjadi hal yang tidak diinginkan,” kata Melky.