Gejala Ringan, Warga Positif Covid-19 Diminta Lakukan Isoman

Isolasi Mandiri (Humas Pemkot Bandung)
Isolasi Mandiri (Humas Pemkot Bandung)

HALOBDG – Masyarakat Kota Bandung yang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan gejala ringan diimau untuk melakukan isolasi mandiri (isoman).

Dengan keterbatasan kamar akibat membludaknya kasus Covid-19, isoman menjadi solusi tercerdas.

Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan hal yang perlu diperhatikan yaitu masyarakat harus melapor kepada aparat setempat.

Baca juga : Nomor Telepon Bantuan Covid-19 Kota Bandung, Catat Lengkap Tiap Kecamatan Ada

Hal itu dilakukan untuk berbagai langkah seperti jika tempat tinggal kurang layak untuk isolasi mandiri, maka bisa memanfaatkan fasilitas yang disiapkan oleh aparat kewilayahan.

“Sehingga tidak semua warga yang positif dilarikan ke Rumah Sakit maupun Puskesmas,” katanya.

Di sela-sela peninjauan, Ema menilai, fasilitas yang tersedia di Gedung Wyata Guna cukup representatif menjadi tempat isoman. Selain memiliki banyak ruangan, di tempat tersebut juga terdapat halaman yang cukup luas untuk berbagai aktivitas selama isoman.

“Nah yang begini harus maksimal di Kota Bandung, karena kalau semua berorientasi harus ke puskesmas/faskes, berat. Rumah sakit nanti kita tentukan hanya melayani yang kondisi berat. Kalau yang ringan bisa isoman,” terangnya.

Ia mengungkapkan, saat ini Kota Bandung memiliki sebanyak 132 tempat isoman yang tersebar di seluruh kecamatan.

“Memang kalau dijumlah sudah 132 tempat isoman. Tapi kalau tidak dimanfaatkan, ya alhamdulillah mungkin karena masyarakatnya sehat,” ujar Ema.

Saat meninjau Wyata Guna, kata dia, warga yang sedang isoman bisa berolahraga, berjemur dan kegiatan lainnya. Apalagi tempat tersebut cukup jauh dari pemukiman warga.

Baca juga : Tiga Hari Total 47 Pelanggaran Dilakukan Saat PPKM Darurat di Kota Bandung

“Jadi khusus untuk warga Kecamatan Cicendo, Kelurahan Pasir Kaliki saya fikir sekarang sudah punya fasilitas (isoman) yang bisa dimanfaatkan,” terangnya.

Di kawasan tersebut, terang Ema, terdapat dua bangunan dengan fasilitas yang cukup memadai yang akan dijadikan tempat isoman dan mampu menampung 7 orang.

“Di satu rumah itu bisa 4 orang, di rumah ini 3 orang. Jadi kalau untuk 7 orang bisa. Saya punya keyakinan kalau perlu ditambah,” tuturnya.

Namun untuk saat ini, kata Ema, salah satu kendala yang dihadapi yakni menguatkan mental masyarakat. Pasalnya ia khawatir masyarakat yang melakukan isoman di sana merasa takut karena lokasinya yang berada di belakang.

“Tapi persoalannya bagaimana harus menguatkan mental masyarakatnya karena kalau sendiri takut, tempatnya di belakang. Jadi kalau ada 2-3 orang aman dan itu pernah dilakukan di ruang yang sebelah,” ucapnya.