Bumbu RW, Bumbu Jagoan Masyarakat Minahasa

Hai, Takaiters!

Pernahkah kamu mencicipi hidangan Minahasa? Bumbu RW adalah salah satu racikan bumbu yang cukup terkenal dalam sajian Minahasa. Bagi Takaiters pencinta kuliner dan penggemar masakan extreme pasti sudah tak asing dengan istilah bumbu RW, tapi tahu gak sih? Jika bumbu RW ini adalah bumbu yang diciptakan di hutan belantara? bukan di Rukun Warga?

Beberapa waktu lalu, kami berbincang dengan Chef Roger Rewah dari Kedai Woka Manado, salah satu kedai yang memiliki spesialisasi dalam menyajikan hidangan khas Minahasa. Dan untuk lebih mengenali kekayaan khasanah nusantara, berikut kami sajikan informasi unik dan menarik tentang asal-usul bumbu Rintek Wuuk ini, bumbu jagoan masyarakat Minahasa.

Hutan Minahasa, hutan melimpah binatang buruan

bahan bahan bumbu rw
Foto: mongabay.co.id

Suku Minahasa adalah suku bangsa yang mendiami daratan di bagian utara pulau Sulawesi. Saat ini masyarakat Minahasa mendiami beberapa kota dan kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara yakni Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon,  Kab.Minahasa, Kab.Minahasa Utara, Kab.Minahasa Tenggara, Kabupaten Minasa Selatan.

Zaman dahulu kala, daerah ini memiliki berbagai hutan lebat yang melimpah dengan hewan buruan. Masyarakatnya adalah pemburu, peladang dan peramu dan hidup dalam kelompok  yang dinamakan walak. Sebagai pemburu ulung, masyarakat Minahasa dahulu kala berburu berbagai hewan seperti babi hutan, tikus hutan, anoa, ular hingga kelelawar sebagai sumber protein hewani.

Bagi masyarakat Minahasa, apapun yang terbang asal bukan pesawat terbang, apapun yang merayap asal bukan kereta api. Dan apapun yang berada dilautan asalkan bukan kapal selam pasti bisa dijadikan hidangan.

Masyarakat Minahasa menyadari bahwa setiap daging memiliki keragaman tekstur dan citarasa yang berbeda-beda. Oleh karenanya masyarakat Minahasa meracik rempah-rempah yang tepat untuk membangkitkan citarasa daging agar nikmat untuk dikonsumsi.

Bumbu RW, penghalus rasa

bahan bumbu rw
Foto: pikiran-rakyat.com

Nama RW merupakan singkatan dari bahasa Minahasa yakni Rintek Wuuk, yang berarti “Bulu Halus”. Bumbu ini awalnya dipergunakan untuk menghaluskan citarasa hewan yang memiliki bumbu halus seperti anjing, babi hutan, tikus yang cenderung memiliki rasa tajam menyengat.

Campuran bumbu RW ini terdiri dari berbagai jenis rempah diantaranya lengkuas, pandan, salimbata (serai), daun lemon, bawang putih, cabai, cengkih, pala,  garam, kukuru (kemangi), goraka (jahe merah), bawang daun, minyak kelapa.

Pada zaman dahulu, hidangan bumbu ini dimasak menggunakan buluh bambu yang dibakar. Campuran rempah yang telah ditakar dan dihaluskan, dicampur kedaging yang telah dibersihkan. Daging akan ditiriskan hingga rempah meresap sempurna, lalu segera dimasukan kedalam bilah bambu dan dibakar dengan api kecil selama kurang lebih 90 menit.

Kiai Modjo dan Bumbu RW

bumbu rw masakan manado
Foto: food.detik.com

Pada abad 17, Kiai Modjo salah satu pahlawan nasional dan guru spiritual Pangeran Diponegoro ditangkap oleh pihak Belanda dan diasingkan ke dataran Minahasa. Kiai Modjo dan pengikutnya kemudian membangun sebuah kampung dan kawin-mengawin dengan masyarakat Minahasa serta mendiami wilayah yang kini dikenal dengan sebutan Jaton (Jawa-Tondano).

Kiai Modjo menyebarkan agama Islam di pedalaman Minahasa, dan juga turut mewarnai pengembangan jenis racikan bumbu termasuk bumbu RW. Para pengikut Kiai Modjo mulai mencoba mengolah bumbu RW dengan beragam bahan baku daging yang berkategori halal.

Berbagai jenis daging seperti ayam, bebek, burung, sapi diolah dengan racikan bumbu RW yang ternyata menghasilkan cita rasa yang aduhai. Oleh karenanya kini kenikmatan bumbu RW dapat dinikmati oleh setiap kalangan.

Apabila Takaiters berkunjung ke Sulawesi Utara, jangan lupa cicipi kelezatan bumbu RW, bumbu jagoan masyarakat Minahasa. Namun bila Takaiters beragama Islam, jangan lupa ditanya halal tidaknya ya, jangan sampai kelupaan, nanti dosa ….

Selamat mencicipi!!!