Muslim  

Teks Khutbah Jumat Bahasa Sunda Tentang Balasan Amal di Akhirat Lengkap dengan Doanya

Khutbah Jumat bahasa sunda
Ilustrasi/ pixabay

HALOBDG.com – Khatib akan menyampaikan Ceramah atau khutbah sebelum pelaksanaan sholat jumat. Berikut teks khutbah Jumat bahasa sunda lengkap dengan doanya.

Khutbah jumat dilakukan sebagai salah satu syarat sah pelaksanaan sholat Jumat. Khotib akan menyampaikan dua kali khutbah. Diantara khutbah pertama dan kedua dipisah dengan duduk.

Sebelum ritual khutbah jumat dilaksanakan ada beberapa rukun yang harus dipenuhi diantaranya disyaratkan menggunakan bahasa Arab dan harus dilakukan dengan tertib (berurutan) serta berkesinambungan (muwâlah). 

Dilansir Jatim.nu.or.id, berikut ini adalah 5 rukun khutbah beserta penjelasaanya.

1. Memuji kepada Allah di kedua khutbah 

Rukun khutbah pertama ini disyaratkan menggunakan kata “hamdun” dan lafadh-lafadh yang satu akar kata dengannya, misalkan “alhamdu”, “ahmadu”, “nahmadu”. Demikian pula dalam kata “Allah” tertentu menggunakan lafadh jalalah, tidak cukup memakai asma Allah yang lain. Contoh pelafalan yang benar misalkan: “alhamdu lillâh”, “nahmadu lillâh”, “lillahi al-hamdu”, “ana hamidu Allâha”, “Allâha ahmadu”. 

Contoh pelafalan yang salah misalkan: “asy-syukru lillâhi” (karena tidak memakai akar kata “hamdun”), “alhamdu lir-rahmân (karena tidak menggunakan lafadh jalalah “Allah”).
Syekh Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan: 


   ويشترط كونه بلفظ الله ولفظ حمد وما اشتق منه كالحمد لله أو أحمد الله أو الله أحمد أو لله الحمد أو أنا حامد لله فخرج الحمد للرحمن والشكر لله ونحوهما فلا يكفي 

Artinya: Disyaratkan adanya pujian kepada Allah menggunakan kata Allah dan lafadh hamdun atau lafadh-lafadh yang satu akar kata dengannya. Seperti alhamdulillah, ahmadu-Llâha, Allâha ahmadu, Lillâhi al-hamdu, ana hamidun lillâhi, tidak cukup al-hamdu lirrahmân, asy-syukru lillâhi, dan sejenisnya, maka tidak mencukupi. (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Al-Minhaj al-Qawim Hamisy Hasyiyah al-Turmusi, Jedah, Dar al-Minhaj, 2011, juz.4, halaman: 246).   

2. Membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad

Pembacaannya harus dilakukan di kedua khutbah. Dalam pelaksanaannya harus menggunakan kata “al-shalatu” dan lafadh yang satu akar kata dengannya. Sementara untuk asma Nabi Muhammad, tidak tertentu menggunakan nama “Muhammad”, seperti “al-Rasul”, “Ahmad”, “al-Nabi”, “al-Basyir”, “al-Nadzir” dan lain-lain. 

Hanya saja, penyebutannya harus menggunakan isim dhahir, tidak boleh menggunakan isim dlamir (kata ganti) menurut pendapat yang kuat, meskipun sebelumnya disebutkan marji’nya. Sementara menurut pendapat lemah cukup menggunakan isim dlamir. Contoh membaca shalawat yang benar: “ash-shalâtu ‘alan-Nabi”, “ana mushallin ‘alâ Muhammad”, “ana ushalli ‘ala Rasulillah”.  Contoh membaca shalawat yang salah: “sallama-Llâhu ‘ala Muhammad”, “Rahima-Llâhu Muhammadan (karena tidak menggunakan akar kata ash-shalâtu), “shalla-Llâhu ‘alaihi” (karena menggunakan isim dlamir). 

Syekh Mahfuzh al-Tarmasi mengatakan: 

  ويتعين صيغتها اي مادة الصلاة مع اسم ظاهر من أسماء النبي صلى الله عليه وسلم 

Artinya: Shighatnya membaca shalawat Nabi tertentu, yaitu komponen kata yang berupa as-shalâtu beserta isim dhahir dari beberapa asma Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallama. (Syekh Mahfuzh al-Tarmasi, Hasyiyah al-Turmusi, Jedah, Dar al-Minhaj, 2011, juz.4, halaman: 248). 

Ikhtilaf ulama mengenai keabsahan membaca shalawat Nabi dengan kata ganti (isim dlamir) dijelaskan Syekh Mahfuzh al-Tarmasi sebagai berikut: 


  فخرج سلم الله على محمد ورحم الله محمدا وصلى الله عليه فلا يكفي على المعتمد خلافا لمن وهم فيه وإن تقدم له ذكر يرجع إليه الضمير (قوله فلا يكفي على المعتمد) أي وفاقا لشيخ الإسلام والخطيب والرملي وغيرهم (قوله خلافا لمن وهم فيه) أي فقالوا بإجزاء ذلك وهم جماعة من متأخري علماء اليمن منهم الشهاب أحمد بن محمد الناشري والحسين بن عبد الرحمن الأهدل  


Artinya: Mengecualikan sallama-Llâhu ‘alâ Muhammad, rahima-Llâhu Muhammadan dan shallâhu ‘alaihi, maka yang terakhir ini tidak mencukupi menurut pendapat al-mu’tamad (kuat), berbeda dari ulama yang menilai cukup, meskipun didahului marji’nya dlamir. Pendapat al-mu’tamad tersebut senada dengan pendapatnya Syaikhul Islam Zakariyya al-Anshari, Syekh al-Khathib, Syekh al-Ramli dan lain sebagainya. Sedangkan pendapat lemah yang mencukupkan penyebutan dlamir adalah pendapat sekelompok ulama Yaman, di antaranya Syekh Ahmad bin Muhammad al-Nasyiri dan Syekh Husain bin Abdurrahman al-Ahdal. (Syekh Mahfuzh al-Tarmasi, Hasyiyah al-Turmusi, Jedah, Dar al-Minhaj, 2011 M, juz IV, halaman: 249). 

3. Berwasiat dengan Ketakwaan 

Hal tersebut juga disampaikan di kedua khutbah. Dan  rukun khutbah ketiga ini tidak memiliki ketentuan redaksi yang paten. Prinsipnya adalah setiap pesan kebaikan yang mengajak ketaatan atau menjauhi kemaksiatan. Seperti “Athi’ullaha, taatlah kalian kepada Allah”, “ittaqullaha, bertakwalah kalian kepada Allah”, “inzajiru ‘anil makshiat, jauhilah makshiat”. 

Tidak cukup sebatas mengingatkan dari tipu daya dunia, tanpa ada pesan mengajak ketaatan atau menjauhi kemaksiatan. Hal ini sebagaimana dijelaskan Syekh Ibrahim al-Bajuri: 

   ثم الوصية بالتقوى ولا يتعين لفظها على الصحيح (قوله ثم الوصية بالتقوى) ظاهره أنه لا بد من الجمع بين الحث على الطاعة والزجر عن المعصية لأن التقوى امتثال الأوامر واجتناب النواهي وليس كذلك بل يكفي أحدهما على كلام ابن حجرالى ان قالولا يكفي مجرد التحذير من الدنيا وغرورها اتفاقا 

Artinya: Kemudian berwasiat ketakwaan. Tidak ada ketentuan khusus dalam redaksinya menurut pendapat yang shahih. Ucapan Syekh Ibnu Qasim ini kelihatannya mengharuskan berkumpul antara seruan taat dan himbauan menghindari makshiat, sebab takwa adalah mematuhi perintah dan menjauhi larangan, namun sebenarnya tidak demikian kesimpulannya. Akan tetapi cukup menyampaikan salah satu dari keduanya sesuai pendapatnya Syekh Ibnu Hajar. Tidak cukup sebatas menghindarkan dari dunia dan segala tipu dayanya menurut kesepakatan ulama. (Syekh Ibrahim al-bajuri, Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Ibni Qasim, Kediri, Ponpes Fathul Ulum, tanpa tahun, juz.1, halaman: 218-219).   

4. Membaca Ayat Suci Al-Qur’an 

Hal ini juga dilakukan di salah satu dua khutbah. Standarnya adalah ayat Al-Qur’an yang dapat memberikan pemahaman makna yang dimaksud secara sempurna. Baik berkaitan dengan janji-janji, ancaman, mauizhah, cerita dan lain sebagainya.   

Seperti contoh: 

  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ  

Artinya: Wahai orag-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah orang-orang yang jujur. (QS. At-Taubah: 119). 

Tidak mencukupi membaca potongan ayat yang tidak dapat dipahami maksudnya secara sempurna, tanpa dirangkai dengan ayat lainnya. Seperti:   

ثُمَّ نَظَرَ 

Artinya: Kemudian dia memikirkan. (QS Al-Muddatsir ayat 21). 

Membaca ayat Al-Qur’an lebih utama ditempatkan pada khutbah pertama sebagaimana dijelaskan Syekh Abu Bakr bin Syatha: 

 (قوله ورابعها) أي أركان الخطبتين  (قوله قراءة آية) أي سواء كانت وعدا أم وعيدا أم حكما أم قصة) وقوله مفهمة) أي معنى مقصودا كالوعد والوعيد  وخرج به ثم نظر أو ثم عبس لعدم الإفهام (قوله وفي الأولى أولى) أي وكون قراءة الآية في الخطبة الأولى أي بعد فراغها أولى من كونها في الخطبة الثانية لتكون في مقابلة الدعاء للمؤمنين في الثانية 


Artinya: Rukun keempat adalah membaca satu ayat yang memberi pemahaman makna yang dapat dimaksud secara sempurna, baik berupa janji-janji, ancaman, hikmah atau cerita. Mengecualikan seperti ayat “tsumma nadhara”, atau “abasa” karena tidak memberikan kepahaman makna secara sempurna. Membaca ayat lebih utama dilakukan di khutbah pertama dari pada ditempatkan di khutbah kedua, agar dapat menjadi pembanding keberadaan doa untuk kaum mukminin di khutbah kedua. (Syekh Abu Bakr bin Syatha, I’anatut Thalibin, juz.2, halaman: 66, cetakan al-Haramain-Surabaya, tanpa tahun). 

5. Berdoa untuk Kaum Mukmin 

Hal ini dilakukan di khutbah terakhir, dan mendoakan kaum mukminin dalam khutbah Jumat disyaratkan isi kandungannya mengarah kepada nuansa akhirat. Seperti “allahumma ajirnâ minannâr, ya Allah semoga engkau menyelematkan kami dari neraka”, “allâhumma ighfir lil muslimîn wal muslimât, ya Allah ampunilah kaum muslimin dan muslimat”. 

Tidak mencukupi doa yang mengarah kepada urusan duniawi, seperti “allâhumma a’thinâ mâlan katsîran, ya Allah semoga engkau memberi kami harta yang banyak”. Syekh Zainuddin al-Malibari mengatakan: 

(و) خامسها (دعاء) أخروي للمؤمنين وإن لم يتعرض للمؤمنات خلافا للأذرعي (ولو) بقوله (رحمكم الله) وكذا بنحو اللهم أجرنا من النار إن قصد تخصيص الحاضرين (في) خطبة (ثانة) لاتباع السلف والخلف  

Artinya: Rukun kelima adalah berdoa yang bersifat ukhrawi kepada orang-orang mukmin, meski tidak menyebutkan mukminat berbeda menurut pendapat imam al-Adzhra’i, meski dengan kata, semoga Allah merahmati kalian, demikian pula dengan doa, ya Allah semoga engkau menyelamatkan kita dari neraka, apabila bermaksud mengkhususkan kepada hadirin, doa tersebut dilakukan di khutbah kedua, karena mengikuti ulama salaf dan khalaf. (Syekh Zainuddin al-Malibari, Fathul Mu’in Hamisy I’anatut Thalibin, Surabaya, al-Haramain, tanpa tahun, juz 2, halaman: 66). 

Dalam komentarnya atas referensi di atas, Syekh Abu Bakr bin Syatha menambahkan: 

 (قوله دعاء أخروي) فلا يكفي الدنيوي ولو لم يحفظ الأخروي وقال الأطفيحي إن الدنيوي يكفي حيث لم يحفظ الأخروي قياسا على ما تقدم في العجز عن الفاتحة بل ما هنا أولى 

Artinya: Ucapan Syekh Zainuddin, berdoa yang bersifat ukhrawi, maka tidak cukup urusan duniawi, meski khatib tidak hafal doa ukhrawi. Imam al-Ithfihi mengatakan, sesungguhnya doa duniawi mencukupi ketika tidak hafal doa ukhrawi karena disamakan dengan persoalan yang lalu terkait kondisi tidak mampu membaca surat al-fatihah, bahkan dalam persoalan ini lebih utama. (Syekh Zainuddin al-Malibari, Fathul Mu’in Hamisy I’anatut Thalibin, Surabaya, al-Haramain, tanpa tahun, juz.2, halaman: 66).

Teks Khutbah Jumat Bahasa Sunda Lengkap dengan Doanya

Khutbah Jumat bahasa sunda ini membahas tentang balasan amal di akhirat. Yuk simak isi khutbahnya dibawah ini:

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ الْحَمْدُالِلهِ الَّذِى اَخْرَجَنَامِنْ ظُلُمَ تِ الْجَهْلِ اِلَى نُوْرِالعِلْمِ وَاْلاِيْمَانِ وَاَشْكُرُهُ شُكْرًاجَزِيْلاًفِى طُوْلِ اْلزَمَانِ،اَشْهَدُاْنْ لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَاَشْهَدٌاَنَّ مُحَمّدًارَسُوْلُ اللهِ شَهَادَةًتُوْقِنُ قُلُوْبَنَابِتَصْدِيْقِ مَااَخْبَرَنَامِنَ اللهِ الْعَزِيْزِالرَّحْمَنِ وَتُنْجِيْنَامِنَ اْلاَهْوَالِ وَاْلاَغْيَارِوَاْلاَشْبَاهِ فِكُلِّ اْلاَحْيَانِ،وَصَلَّى اللهُ عَلَ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍالصَّادِقِ اْلمَصْدُوْقِ ذِالْقُدْوَةِالتَّامَّةِلِجَمِيْعِ اْلاِنْسِ وَالْجَانِ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يُجَاهِدٌوْنَ فِيْ سَبِيْلِ الْخَيْرَاتِ لِيَنَالُوْاالْفَضْلَ وَالتَّقَ وَالْعِرْافَانَ.فَيَاعِبَادَاللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تَقْوَاهُ فِي جَمِيْعِ اَوْقَاتِ وَاْلاَزْمَانِ. اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيْمِ فَاَمَّامَنْ طَغَ.وَاَلثَرَالحَيَاةَالدُّنْيَا.فَاِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوَ.وَاَمَّامَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ.وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى.فَاِنَّ الْجَنَّةَهِيَ الْمَأْوَى.

Para hadirin khutah jumat sadaya,

Gusti Allah ngadamel sugrining mahluk-Na teh sajodo-sajodo. aya lalaki, aya awewe, aya beurang aya peuting, aya hirup aya maot, aya alam dunya pasti bakal aya alam aherat Ayeuna urang aya di alam dunya, sakeudeung deui bakal nyorang alam aherat.

Samemeh nyorang aherat, urang bakal nyorang maot asup ka alam kubur. Ari maot teh nya eta papisahna jasad sareng roh. Maot teh panyeepan kanyeri, margi kumpul sadaya kanyeri, kanyeri tina panyakit, kanyeri bakal papisah jeung kulawarga, papisah jeung harta, papisah jeung dunya. Henteu aya anu dibantun ka alam kubur salian ti boeh sareng amal urang anu pangwalesanana bakal ngawitan karaos, ni’mat atawa siksaanana.

Ngaraoskeun eta pangwalesan sanes sapoe, sanes sataun, sanes sapuluh taun, tapi salalawasna kenging kani’matan pikeun anu beramal soleh, oge salawasna kenging siksaan pikeun kapir atawa anu tukang masiat mah.

Ku ayana kitu mangga kantun milih bae, hayang kanana urang engke? Para hadirin sadaya, Sarat mutlak geusan ngengingkeun kani’matan aherat nya eta maot ngabantun iman, nya eta nalika urang bade ngaleupaskeun nyawa teh ditungtungan ku maca Laa ilaaha illallah. Dawuhan Kanjeng Nabi saw:

مَنْ كَانَ اَخِرُاكَالاَمِهِ لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ دَخَلَ الْجنَّةَ.

Hartosna: “Saha jalma anu ahir ucapanana maca: Laa ilaaha illallah, tangtu bakal asup ka surga.”

Para hadirin khutbah jumat sadaya,

Pikeun maot ngabantun iman sarta panungtungan ucapanku La ilaaha illallah eta teh sanes padamelan enteng, namung padamelan abot, margi dina waktu sakarat maot teh urang baka digoda ku setan sangkan urang maot bari henteu iman. – Na’udru billahi min dzalik.

Ku margi kitu sangkan urang maot ngabantun iman, teu aya deui jalan anu pangutamana sajaba ti kedah sering eling (dikir) ka Gusti Allah ti ayeuna keneh, tegesna kedah dibiasakeun dina nalika bungah sangkan urang sukuran ka Gusti Allah, komo nalika aya dina musibat/kasusah mah kedah sering muntang tulung ka Mantenna ulah ka sasaha, sangkan Gusti Allah masihan topek sarta ngaijabah kana doa urang.

Pidawuh Allah:

رِجَلٌل لاَّتُلْهِيْهِمْ تِجَارَةٌوَّلاَبَيْعٌ عَنْ ذِكْرِاللهِ

Hartosna: “Ari jalma anu diangken hamba Allah teh) nya eta jalma-jalma anu tara katungkulkeun ku usaha jeung jual-meuli dina dikirna ka Allah teh.”

Pendeknamah sanajan bari usaha. digawe naon bae oge tetep bari inget ka Gusti Allah. Para hadirin sadaya, Saparantos maot urang sadaya bakal nyorang alam kubur atawa alam barzakh. Di alam barzakh urang sadaya bakal kenging patarosan ti Malaikat Munkar jeung Nakir, dua Malaikat anu rupina pikasieuneun pisan.

Sakur jalma anu tiasa ngajawab kana patarosanana, cirina bakal bagja di aheratna sarta terus bakal narima kani’matan kubur Sawangsulna upamana henteu tiasa nga jawab, cirina bakal cilaka di aheratna sarta terus narima siksa kubur.

Perlu diemutkeun yen tiasa atawa henteuna ngajawab patarosan Malaikat teh gumantung kana sae/awonna amal urang. Upami sae amalna tinangtu tiasa ngawaler, upami tukang masiat tinangtu moal tiasa ngawaler. Moal tiasa diapalkeun jawabanana ti ayeuna, ari kana ibadahna ngedul mah.

Para hadirin khutbah jumat sadaya,

Perlu diemutkeun deui, yen siksaan di naraka teh siksaan anu sagala kaayaanana tina seuneu, siksaan anu maha hebat. Nya kitu deui kani’matan di surga teh kani’matan anu henteu aya hinggana raosna tur abadi. Dawuhan Allah:

هَلْ اَتَاكَ حَدِيْثُ الْغَاشِيَةِ.وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍخَاشِيْعَةٌ.عَامِلَةٌنَاصِبَةٌتَصْلىَ نَارًاحَامِيَةً.تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ اَنِيَةٍ.لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ اِلاَّمِنْ ضَرِيْعٍ.لاَيُسْمِنُ وَلاَيُغْنِى مِنْ جُوْعٍ.وُجٌوْهٌ يَوْمَئِذٍنَاعِمَةٌ.لِسَعْيِهَارَاضِيَةٌ.فِى جَنَّةٍعَالِيَةٍ.لاَتَسْمَعُ فِيْهَالاَغِيَةً

Hartosna: “Naha geus datang ka andika beja kajadian anu hebat? Dina poe eta pirang-pirang beungeut anu tarungkul (harina). Anu digarawe cape (nararik rante beusi bari dibelenggu). Maranehna arasup kana seuneu naraka anu pohara panasa. Dibere nginumna tina sirah cai anu pohara panasna Maranehna henteu meunang kadaharan salian ti tangkal dore anu carucukan. Anu teu matak lintuh, teu ngaleungitkeun lapar. Aya deui mangpirang-pirang beungeut jalma anu sukan-sukan dina poe eta teh. Ngarasa bungah ku amalna waktu di dunya Arayana di jero sawarga anu luhur. Di jerona andika moal ngadenge omongan anu teu aye gunana. DI jerona aya sirah cai anu ngocor, ranjang anu diluhurkeun jeung disadiakeun pirang-pirang gelas, bantal sarandean anu disusun, arempuk Jeung alketip unu diamparkeun “(S. Al-Gosyiyah).

Para hadirin Khutbah jumat,

Urang sadaya bakal disuhunkeun pertanggungan jawab sadaya amal urang. sae atanapi awona, nya kitu deui ngeunaan kana atikan urang ka kulawarga urang ayeuna. Upami urang sok ngatik ka kulawarga sasarengan dina ibadah, tinangtu bakal kempel sadayana di sawarga, sakumaha pidawuh Allah:

وَالَّذِيْنَ اَمَنُوْاوَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتَهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَابِهِمْ ”

Ari jalma-jalma anu mu’min anu dituturkeun ku anak pamajikanana dina kaimanan (katakwaan). tinangtu Kaula bakal ngumpulkeun maranehanana sabondoroyot jeung moal ngurangan kana amalna saeutik oge. (Tegesna bakal diadarajarkeun). (S.Thur: 21)

Upama jalma antepan ka kulawarga tara ngadidik/ngatik kana ibadah, engkena bakal silih dakwa, bakal silih jauhan sabab sieun didakwa tea. Dawuhan Allah:

يَوْمَ يَفِرُّالْمَرْءُمِنْ اَخِيْهِ.وَاُمِّهِ وَاَبِيْهِ.وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيْهِ.

Hartosna: “(poe kiamah teh) poean jelema jelema ngajauhan ti dulurna, ti indung bapana, ti sobatna jeung anak- anakna.”

Para hadirin khutaba jumat,

Mangga pek perhatoskeun kaayaan ayeuna oge di dunya, upami rumah tangga jalmi anu takwa mah sok tengtrem, silih pikanyaah, silih pikadeudeuh, silih belaan sareng sasama kulawargi teh.  Sawangsulna rumah tangga jalmi anu henteu takwa sok kucrut, sok silih carekan, silih bongohan, malah aya anak anu silih wantun nyiksa ka sepuhna. Mangga kantun ngemut, hoyong ka mana di aherat teh? Upama palay ka surga, getolan ibadahna kantunkeun masiatna.

باَرَكَ اللَّهُ لِى وَلَكُمْ بِالاْاَيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاللسَّمِيْعُ الْعَلِمُ وَقُل رَبِّ اغْفِرْوَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّحِمِيْنَ.

Khutbah jumat II

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، وَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ