Bewara  

(VIDIO) Dedi Mulyadi Gebrak Meja Terkait Kasus Impor Sampah 1.015 Kontainer

Halobdg.com – Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bersama para Anggota Komisi IV DPR RI melakukan kegiatan sidak di kawasan berikat Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarat Utara, Kamis (23/1). Alhasil di lokasi di temukan sampah impor di dalam kontainer.

Sidak ini dilakukan berdasarkan adanya informasi tentang keberadaan sampah impor dalam kontainer.

Selain Pimpinan dan anggota Komisi IV DPR RI, sidak yang juga dihadiri Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementrian Perdagangan dan Bea Cukai menemukan adanya 70 Kontainer yang berisi limbah sampah plastik yang di impor dari luar negeri.

“Setelah kami sampai di lokasi, ternyata benar terdapat 70 kontainer sampah di Tanjung Priok dan akan bertambah lagi sebanyak 1.015 kontainer, masih berisi sampah. Jumlah tambahan itu akan masuk melalui seluruh pelabuhan di Indonesia”, kata Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedy Mulyadi seperti di kutip dalam keterangan akun instagram miliknya.

Seluruh kontainer berisi sampah ini merupakan milik PT New Harvestindo Internasional dan PT Advanve Recycle Teknologi.

Baca Juga:

Hindari Plastik, Gofood Kini Menggunakan Kantong Ramah Lingkungan

467 Bank, 9.689 Nasabah dan Ribuan Ton Sampah Terolah

Sempat terjadi ketegangan antara para anggota Komisi IV DPR RI dan petugas Sucofindo selaku surveyor impor sampah tersebut.

Importir berargumentasi bahwa sampah tersebut diimpor untuk kepentingan bahan baku biji plastik sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Perdagangan.

Debat pun terjadi lantaran pihak perwakilan pemilik kontainer, menyebutkan bahwa barang tersebut bukanlah sampah melainkan bahan baku biji plastik yang akan di daur ulang menjadi plastik sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Perdagangan.

Akan tetapi, dalam peraturan Menteri Perdagangan tersebut ditegaskan bahwa bahan baku yang diimpor haruslah bersih bukan sampah.

“Saya hanya tanya ini sampah atau bahan baku”, tanya Dedi kepada perwakilan pemilik kontainer.

“Nah secara kasat mata tadi bapak lihat, kita kan buka kontainer nah itu sampah atau bahan baku?” timpal Ketua Komisi IV DPR RI Sudin.

“Bahan baku pak, ini bisa di proses menjadi biji plastik,” ucap Basuki dari perwakilan Sucofindo selaku pihak yang melakukan pemeriksaan, pengawasan, pengujian dan pengkajian kontainer tersebut.

Basuki beralasan ada surat dari pihak eksportir dan importir yang telah melakukan pemeriksaan di lapangan secara administratif.

Mendengar pernyataan yang dirasa berbelit, Dedi Mulyadi pun mersa kesal dan emosi sampai menggebrak meja.

Bapak punya nasionalisme enggak, Pak? Mau gak negara ini menjadi tempat sampah?’ kata dedi sambil gebarak meja.

“Setelah saya tegur keras, akhirnya diakui bahwa barang impor tersebut adalah sampah, bukan bahan baku. Terus terang saja, saya merasa miris dengan hasil temuan ini karena sampah ini bisa lolos dan dianggap aman melalui jalur hijau” kata Dedi melalui postingan instagramnya.

Hari ini kita sedang mengalami problem penanganan sampah di berbagai tempat, kok masih ada perusahaan pengimpor sampah dari luar negeri?

Padahal, untuk sekedar bahan baku biji plastik, para pemulung dan pengepul di Indonesia pun bisa mengumpulkan banyak sampah. Masa sih, importir mau bersaing dengan para pemulung dan para pengepul sampah itu?

Jika ditinjau dari persfektif pergaulan antar negara, fenomena ini sama saja dengan menganggap Indonesia sebagai tempat sampah dunia.

Halobdg.com – Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bersama para Anggota Komisi IV DPR RI melakukan kegiatan sidak di kawasan berikat Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarat Utara, Kamis (23/1). Alhasil di lokasi di temukan sampah impor di dalam kontainer.

Sidak ini dilakukan berdasarkan adanya informasi tentang keberadaan sampah impor dalam kontainer.

Selain Pimpinan dan anggota Komisi IV DPR RI, sidak yang juga dihadiri Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementrian Perdagangan dan Bea Cukai menemukan adanya 70 Kontainer yang berisi limbah sampah plastik yang di impor dari luar negeri.

“Setelah kami sampai di lokasi, ternyata benar terdapat 70 kontainer sampah di Tanjung Priok dan akan bertambah lagi sebanyak 1.015 kontainer, masih berisi sampah. Jumlah tambahan itu akan masuk melalui seluruh pelabuhan di Indonesia”, kata Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedy Mulyadi seperti di kutip dalam keterangan akun instagram miliknya.

Seluruh kontainer berisi sampah ini merupakan milik PT New Harvestindo Internasional dan PT Advanve Recycle Teknologi.

Sempat terjadi ketegangan antara para anggota Komisi IV DPR RI dan petugas Sucofindo selaku surveyor impor sampah tersebut.

Importir berargumentasi bahwa sampah tersebut diimpor untuk kepentingan bahan baku biji plastik sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Perdagangan.

Debat pun terjadi lantaran pihak perwakilan pemilik kontainer, menyebutkan bahwa barang tersebut bukanlah sampah melainkan bahan baku biji plastik yang akan di daur ulang menjadi plastik sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Perdagangan.

Akan tetapi, dalam peraturan Menteri Perdagangan tersebut ditegaskan bahwa bahan baku yang diimpor haruslah bersih bukan sampah.

“Saya hanya tanya ini sampah atau bahan baku”, tanya Dedi kepada perwakilan pemilik kontainer.

“Nah secara kasat mata tadi bapak lihat, kita kan buka kontainer nah itu sampah atau bahan baku?” timpal Ketua Komisi IV DPR RI Sudin.

“Bahan baku pak, ini bisa di proses menjadi biji plastik,” ucap Basuki dari perwakilan Sucofindo selaku pihak yang melakukan pemeriksaan, pengawasan, pengujian dan pengkajian kontainer tersebut.

Basuki beralasan ada surat dari pihak eksportir dan importir yang telah melakukan pemeriksaan di lapangan secara administratif.

Mendengar pernyataan yang dirasa berbelit, Dedi Mulyadi pun mersa kesal dan emosi sampai menggebrak meja.

Bapak punya nasionalisme enggak, Pak? Mau gak negara ini menjadi tempat sampah?’ kata dedi sambil gebarak meja.

“Setelah saya tegur keras, akhirnya diakui bahwa barang impor tersebut adalah sampah, bukan bahan baku. Terus terang saja, saya merasa miris dengan hasil temuan ini karena sampah ini bisa lolos dan dianggap aman melalui jalur hijau” kata Dedi melalui postingan instagramnya.

Hari ini kita sedang mengalami problem penanganan sampah di berbagai tempat, kok masih ada perusahaan pengimpor sampah dari luar negeri?

Padahal, untuk sekedar bahan baku biji plastik, para pemulung dan pengepul di Indonesia pun bisa mengumpulkan banyak sampah. Masa sih, importir mau bersaing dengan para pemulung dan para pengepul sampah itu?

Jika ditinjau dari persfektif pergaulan antar negara, fenomena ini sama saja dengan menganggap Indonesia sebagai tempat sampah dunia.