HALOBDG.com – Bagaimana sikap kaum pergerakan terhadap penjajahan yang dilakukan jepang? Untuk mengetahui jawabannya, mari kita simak penjelasan dalam artikel ini
Dalam materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas 8 SMP akan mempelajari tentang masa penjajahan Jepang di Indonesia. Jepang pernah menguasai wilayah Indonesia selama 3,5 tahun, dari tahun 1942 hingga 1945.
Penjajahan ini memiliki latar belakang terkait dengan pencarian sumber daya untuk mendukung perang yang sedang berlangsung.
Baca juga: Pengaruh Monopoli VOC dalam Perdagangan Indonesia
Beberapa alasan mengapa Jepang memilih Indonesia sebagai target penjajahannya pada saat itu adalah sebagai berikut:
1. Kekayaan Hasil Tambang
Indonesia memiliki banyak sumber daya tambang yang menarik perhatian Jepang, seperti minyak bumi, timah, karet, dan lainnya.
2. Bahan Mentah untuk Industri
Bahan mentah yang ada di Indonesia sangat dibutuhkan oleh industri Jepang, terutama untuk memenuhi kebutuhan perang mereka.
3. Sumber Daya Manusia (SDM) yang Banyak
Indonesia memiliki populasi yang besar, dan Jepang melihatnya sebagai sumber daya manusia yang dapat dipekerjakan atau dimobilisasi untuk kepentingan perang.
4. Kepentingan Migrasi
Jepang memiliki rencana untuk mengadakan migrasi penduduk dari Jepang ke wilayah-wilayah yang dikuasainya, termasuk Indonesia.
Pada tanggal 10 Januari 1942, tentara Jepang berhasil menduduki Tarakan dan kemudian menguasai daerah-daerah lainnya. Belanda yang kesulitan menghadapi situasi ini akhirnya terlibat dalam perundingan dengan Jepang. Pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda secara resmi menyerahkan kekuasaan Hindia Belanda kepada Jepang melalui Perjanjian Kalijati.
Selama masa pendudukan ini, Jepang menerapkan berbagai kebijakan untuk mengatur kehidupan di Indonesia. Beberapa dari kebijakan ini dianggap merugikan rakyat, yang kemudian mendorong kaum pergerakan untuk berjuang demi kemerdekaan.
Sikap Kaum Pergerakan Terhadap Penjajahan yang dilakukan Jepang di Indonesia
Sikap kaum pergerakan terhadap penjajahan Jepang adalah sikap perlawanan dengan berbagai cara. Mereka mengambil tindakan-tindakan berikut:
1. Memanfaatkan Organisasi Bentukan Jepang
Salah satu cara yang digunakan adalah dengan memanfaatkan organisasi yang dibentuk oleh Jepang. Tokoh-tokoh seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur memanfaatkan organisasi Putera, yang merupakan organisasi yang dibentuk oleh Jepang, sebagai sarana komunikasi dengan rakyat. Namun, Jepang kemudian membubarkan Putera dan menggantikannya dengan Barisan Pelopor, yang tetap aktif dalam kampanye perjuangan kemerdekaan.
2. Gerakan Bawah Tanah
Karena Jepang melarang berdirinya partai politik, sebagian tokoh perjuangan melakukan gerakan bawah tanah. Ini adalah bentuk perjuangan yang tidak resmi dan dilakukan tanpa sepengetahuan Jepang. Tokoh-tokoh seperti Sutan Sjahrir, Achmad Subarjo, Sukarni, A. Maramis, Wikana, Chairul Saleh, dan Amir Syarifuddin terus melakukan pertemuan rahasia dan memantau perkembangan Perang Pasifik melalui radio bawah tanah.
3. Perlawanan Bersenjata
Selain itu, berbagai perlawanan bersenjata juga dilakukan oleh bangsa Indonesia selama masa pendudukan Jepang. Contohnya adalah perlawanan rakyat Aceh, perlawanan Singaparna, perlawanan Indramayu, dan perlawanan PETA. Meskipun beberapa di antaranya berhasil mempertahankan perlawanannya untuk sementara waktu, pada akhirnya perlawanan ini berhasil dipadamkan oleh Jepang.
Dengan demikian, kaum pergerakan Indonesia pada masa penjajahan Jepang menunjukkan ketegasan dan determinasi mereka untuk meraih kemerdekaan, meskipun harus menghadapi penjajahan yang berbeda setelah Belanda. Upaya perlawanan ini menjadi salah satu tonggak penting dalam perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat untuk memahami sikap kaum pergerakan terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Jepang. (*)